Selasa, 09 Oktober 2012

Kota Udang Cirebon


Apa yang Anda tahu tentang Cirebon? Sunan Gunung Jati! Pantura! Pasti. Tentu juga kerajaan Islam Cirebon. Tapi tahukah Anda bahwa ada tiga keraton di daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah ini? Kami kira hanya satu-satunya daerah yang mempunyai tiga keraton yang mempunyai kekuasaannya sendiri-sendiri.

Peta Cirebon
Keunikan situasi kekuasaan ini berlanjut hingga sekarang. Meskipun posisi keraton yang tidak mempunyai kekuasaan secara politis, namun perebutan kekuasaan di dalamnya masih saja terjadi diantara para pewarisnya.



Balai Kota Cirebon
Cirebon berdiri pada 2 April 1482, setelah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyatakan merdeka dari kerajaan Pajajaran (Galuh) dengan cara tidak memberikan lagi upeti kepada Prabu Siliwangi. Peristiwa ini dirayakan sebagai hari jadinya Cirebon. Menurut Pustaka Jawadwipa pada tahun 1447, pendatang yang terdiri dari etnis Sunda, Jawa, Sumatera, India, Parsi, Arab dan Cina bermukim di daerah ini berjumlah 346 orang. Dari sinilah terjadi proses akulturasi budaya dan sinkrentisme yang menjadikan kebudayaan Cirebon saat ini. Ini dapat kita lihat pada bahasa, seni visual (batik), musik, tari, dan bangunan-bangunan tua yang tersisa saat ini. Orang-orang Cirebon pada umumnya bisa berbahasa Sunda dan Jawa.




 kantor PT. BAT (British American Tobacco), Cirebon
 Kantor Pabean Zaman Kolonial Belanda

 

Gedung Karang Anom yang sekarang dipakai sebagai Kantor KOREM
Ada beberapa ahli mengatakan kata Cirebon berasal dari Caruban atau tempat pertemuan atau persimpangan jalan. Sebagian lagi mengatakan dari kata “carub” yang dalam bahasa Jawa berarti campuran. Dari pengaruh bahasa Sunda ditambahkan kata “Ci” (aliran sungai). Dan menjadi Cirebon pada perkembangannya yang berarti sungai yang mengandung banyak udang (rebon berarti udang kecil)
Kebumen Tempo Doelu
 Masjid Agung Sang Tjipta Rasa




Gerbang Keraton Kanoman di antara Pasar Tradisional Kanoman
Tiga keraton di Cirebon sebenarnya mempunyai akar yang sama yaitu Syarif Hidayatullah. Namun, karena kepentingan pribadi dan penguasa kolonial pada waktu itu maka terbentuklah tiga keraton itu yaitu: Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Posisi Cirebon dalam peta politik Jawa sangat rentan sehingga tarik menarik antara kerajaan Mataram, Banten dan Kolonial Belanda melahirkan jalan tengah untuk memberikan kekuasan kepada beberapa keturunan Prabu Siliwangi ini.
  
Oranje Hospital Cirebon




Gedung Kantor Pos dan Telegram Zaman Belanda





 Stasiun Kereta Api Cirebon
Saat ini kalau kita menyebut Cirebon ada dua wilayah administratif yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Kota Cirebon dahulunya adalah ibukota Kabupaten Cirebon. Ibukota Kabupaten Cirebon sekarang adalah Sumber. Kota Cirebon menjadi pusat ekonomi kawasan pesisir Jawa Barat. Dengan luas wilayah 37,54 km² dan jumlah penduduk kurang lebih 300.000 jiwa. Kota ini terkenal dengan pabrik rokok British American Tobacco (BAT), sebuah perusahaan rokok multinasional yang memproduksi rokok putih untuk kawasan Indonesia dan Asia Tenggara. Sedangkan Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 988,28 km² dan jumlah penduduk 2.085.500 jiwa, merupakan kawasan pertanian dan tempat berdirinya beberapa industri besar seperti pabrik semen Indocement.
 
Ziarah di Makam Sunan Gunung Jati



Demo para santri di depan Gedung Balai Kota Cirebon
Secara sosio-kultural, walau masyarakat Cirebon mendapat pengaruh dari berbagai budaya, namun tradisi Islam lebih dominan. Peran Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) sebagai pendiri kerajaan islam Cirebon memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya hingga saat ini. Posisi pesantren dan tokoh agama (Kyai) sangat penting dalam berbagai aktifitas sosial dan politik di Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati masih tetap menjadi tempat ziarah utama.




Patung Penari Topeng



 
Kereta perang Paksi Naga Liman yang dipercaya sebagai kereta Sunan Gunung Jati






 
Gerbang masuk Keraton Kanoman



 
Pendopo Keraton Kasepuhan
Karena posisi geografis kota ini merupakan kawasan perlintasan jalur ekonomi antara kawasan barat pulau Jawa (Jakarta, Banten, Bandung dan sekitarnya) dari dan ke kawasan timur pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur). Cirebon menjadi tempat pemberhentian jalur distribusi industri dan pertanian antara dua kawasan ini yang sering disebut Jalur Pantura
 

Jalur sibuk antar Provinsi




 
Kawasan perkantoran yang sedang dibangun di Kota Udang





 
Cirebon Superblock





Cirebon Superblock dengan ilustrasi rancangan gaya hidup cafe di Cirebon
Sejak era otonomi daerah dimulai, Kota Cirebon telah memulai membangun beberapa kawasan sebagai pusat bisnis dengan berbagai kelengkapannya seperti mal dan pusat perbelanjaan super megah. Salah satu yang paling terbaru adalah Cirebon Superblock. Kota ini mulai bersolek menjadi kota metropolitan. Namun, yang menjadi korbannya banyak bangunan tua dan peninggalan penting sejarah kota ini terbengkalai menunggu kehancuran.


  
Sari Sunyaragi yang dibiarkan terbengkalai lapuk dimakan usia



Tembok Keramik yang banyak hilang oleh tangan-tangan jahil.




 
Kemegahan Mesjid Raya Al-Azham Cirebon.
Dari situasi kota yang unik inilah Forum Lenteng memilih Cirebon sebagai salah satu situs Aku Massa dengan mengirim Mahardika Yudha dan Riezki Andhika Pradana untuk berkolaborasi dengan komunitas Gardu Unik Cirebon dalam mengembangkan program Aku Massa untuk membaca kota tua ini lebih jauh. Baik secara kultural, maupun sosial politik dari perspektif masyarakatnya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar